Puisi Angkatan 30
PERASAAN
SENI
(Sutan
Takdir Alisjahbana)
Bagaikan Banjir Gulung – Gemulung,
Bagaikan
Topan Seruh – Menderu,
Demikian
Rasa,Datang Semasa,
Mengalir,
Menimbun, Mendesak, Mengepung,
Memenuhi
Sukma, Menawan Tubuh.
Serasa
Manis Sejuknya Embun,
Selagu
Merdu Dersiknya Angin,
Demikian
Rasa,Datang Semasa,
Membisik,
Mengajak, Aku Berpantun,
Mendayung
Jiwa Ke Tempat Di Inginkan
Jika
Kau Datang Sekuat Raksasa,
Atau
Kau Menjelma Secantik Juita,
Kusedia
Hati,Akan Berbakti,
Dalam
Tubuh Kau Berkuasa,
Dalam
Dada Kau Bertahta.
Puisi angkatan 45
AKU
(Chairil
anwar)
Kalau
sampai waktuku
‘Ku
mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak
juga kau
Tak
perlu sedu sedan itu
Aku
ini binatang jalang
Dari
kumpulannya terbuang
Biar
peluru menembus kulitku
Aku
tetap meradang menerjang
Luka
dan bisa kubawa berlari,
Berlari
Hingga
hilang pedih peri
Dan
aku akan lebih tidak perduli
Aku
mau hidup seribu tahun lagi
Puisi angkatan 20
MENGELUH
(R. Efendi)
Bukanlah beta berpijak bunga,
melalui hidup menuju makam.
Setiap saat disimbur sukar
bermandi darah dicucurkan dendam
Menangis mata melihat makhluk,
berharta bukan berhakpun bukan.
Inilah nasib negeri anda,
memerah madu menguruskan badan.
Ba’mana beta bersuka cita,
ratapun rakyat riuhan gaduh,
membobos masuk menyapu kalbuku.
Ba’mana boleh berkata beta,
suara sebat sedanan rusuh,
menghimpit masah, gubahan cintaku.
Puisi angkatan 50
DALANG
(Subagio Sastro Wardojo)
Pulang dari seberang pantai
Pulang dari seberang pantai
Lidahnya seperti kelu
Dan ia tak sedia
Memainkan lagi bonekanya
Pondoknya tertutup buat tamu
Rakyat yang kebingungan
Mendobrak pintunya dan berteriak :
- Kisahkan lakon hidup ini
dan terangkan apa artinya!
Terbangun dari keheningan
Ia menulis sajak satu kata
Yang paling bagus
Berbunyi “Hong”.
Puisi Angkatan 70
NINA BOBO SEBUAH KURSI
(Abdul Hadi WM)
(Abdul Hadi WM)
Tidurlah kursi tidurlah di atas ombak.
Tidurlah di samping nyenyak dan gelisah tak nampak.
Tidurlah bersama sunyi, bersama jemu yang membengkak.
Dan bersama gemetar yang memangku anak.
Tidurlah.
Di samping kabut
Derai angin dan luka yang menuliskan sajak.
Ketika ini bibit-bibit bangkit mengangkat sebutir padi.
Ketika ini semut-semut merayap membongkar lobang roti.
Ketika ini laba-laba berlari mengejar kereta dinihari.
Dan burung-burung esok berkicau menerbitkan matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar