Puisi Berbagai Angkatan - GUDANG LITERASI

Breaking

Kamis, 10 November 2016

Puisi Berbagai Angkatan

Puisi Angkatan 30
PERASAAN SENI
(Sutan Takdir Alisjahbana)


Bagaikan Banjir Gulung – Gemulung,
Bagaikan Topan Seruh – Menderu,
Demikian Rasa,Datang Semasa,
Mengalir, Menimbun, Mendesak, Mengepung,
Memenuhi Sukma, Menawan Tubuh.
Serasa Manis Sejuknya Embun,
Selagu Merdu Dersiknya Angin,
Demikian Rasa,Datang Semasa,
Membisik, Mengajak, Aku Berpantun,
Mendayung Jiwa Ke Tempat Di Inginkan
Jika Kau Datang Sekuat Raksasa,
Atau Kau Menjelma Secantik Juita,
Kusedia Hati,Akan Berbakti,
Dalam Tubuh Kau Berkuasa,
Dalam Dada Kau Bertahta.








Puisi angkatan 45
AKU
(Chairil anwar)

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari,
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi










Puisi angkatan 20

MENGELUH
(R. Efendi)

Bukanlah beta berpijak bunga,
melalui hidup menuju makam.
Setiap saat disimbur sukar
bermandi darah dicucurkan dendam

Menangis mata melihat makhluk,
berharta bukan berhakpun bukan.
Inilah nasib negeri anda,
memerah madu menguruskan badan.

Ba’mana beta bersuka cita,
ratapun rakyat riuhan gaduh,
membobos masuk menyapu kalbuku.

Ba’mana boleh berkata beta,
suara sebat sedanan rusuh,
menghimpit masah, gubahan cintaku.





Puisi angkatan 50

DALANG
(Subagio Sastro Wardojo)

Pulang dari seberang pantai 
Lidahnya seperti kelu
Dan ia tak sedia
Memainkan lagi bonekanya
Pondoknya tertutup buat tamu
Rakyat yang kebingungan
Mendobrak pintunya dan berteriak :
- Kisahkan lakon hidup ini 
dan terangkan apa artinya!
Terbangun dari keheningan
Ia menulis sajak satu kata
Yang paling bagus
Berbunyi “Hong”.










Puisi Angkatan 70
NINA BOBO SEBUAH KURSI 
(Abdul Hadi WM)

Tidurlah kursi tidurlah di atas ombak.
Tidurlah di samping nyenyak dan gelisah tak nampak.
Tidurlah bersama sunyi, bersama jemu yang membengkak.
Dan bersama gemetar yang memangku anak.
Tidurlah.
Di samping kabut
Derai angin dan luka yang menuliskan sajak.
Ketika ini bibit-bibit bangkit mengangkat sebutir padi.
Ketika ini semut-semut merayap membongkar lobang roti.
Ketika ini laba-laba berlari mengejar kereta dinihari.

Dan burung-burung esok berkicau menerbitkan matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar