Karakteristik Perkembangan
Emosi
Menurut
Sunarto (1995:150) secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emsi terutama karena anak-anak
berada dibawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan
selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan
itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian remaja
mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha
penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Remaja
sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosial dalam kehidupan adalah penting
Sunarto (jersild,1957:133).untuk selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa kondisi
emosional (Sunarto,1995:151) sebagai berikut:
A.
Cinta
/ kasih sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adlah kapasitas untuk mencintai orang lain dan
kebutuhan untuk mendapatkan cinta dari orang lain.. kemampuan untuk menerima
cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun
remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih
terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang
sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Kerena
alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung,
mengolok-olok mereka pada waktu pertama kali mengolok-olok mereka karena
mencukur kumisnya adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan
yang kurang bijaksana
B. Gembira
Pada
umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang
menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap
tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosi remaja.
Rasa
gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsungdengan baik dan
remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau
bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan diterima oleh yang
dicintainya.
C. Kemarahan
dan permusuhan
Sejak
masa kanak-kanak rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai
dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah
merupakan gejala yang penting di antara-antara emosi yang memainkan peranan
yang menonjoldalam perkembangan kepribadian. Melalui rasa marah seseorang
mempertajam tuntutanya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
D. Ketakutan
dan kecemasan
Menejelang
anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang
yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa
rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada.
Banyak ketakutan muncul karena kecemasan dan rasa berani yang besamaan dengan
perkembangan remaja itu sendiri.
Kematangan emosi
Kematangan
emosi pada remaja menurut Hartinah (2008: 80) diawali dengan pengendalian
emosi, dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja yang
ditandai dengan ciri
A.
Remaja mulai mampu
menahan diri untuk tidak melampiaskan emosinya di depan umum, remaja mulai
berusaha mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan, sampai dia
menemukan cara yang tepat dan aman untuk melampiaskan kemarahanya tersebut.
B. Remaja
mulai mampu menganalisis situasi dengan kritis, dapat memberikan penilaian
terhadap peristiwa atau perlakuan negatif yang diterimanya dengan
mempertimbangkan apakah hal itu benar/tidak, remaja akan melakukan intropeksi dan
koreksi pada diri sendiri dengan mengakui kesalahanya atau bertindak marah.
C.
Remaja juga mampu
menunjukan suasana hati yang lebih stabil dan mulai tenang. Pada masa remaja
akhir anak sudah tidak mudah dipengaruhi teman atau meniru perilaku orang-orang
disekitarnya, semuanya sudah mulai dipikirkan akibatnya.
Bahwa
dalam kenyataannya adanya berbagai sebab maka tidak semua orang dapat mencapai
kematangan emosional tersebut secara sempurna, juga perlu dipahami bahwa
kematangan dan kondisi emosi manusia bukan merupakan kondisi yang bersifat
menetap. Tetapi merupakan proses panjang dan melalui irama yang seringkali naik
turun dari waktu ke waktu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sunarto
(1995:156) menurutnya bahwa perkembangan
emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar erat kaitanya dalam
mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan
intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak
dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama
dan menimbulkan emosi yang terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan
mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Kegiatan belajar turut menunjang
perkembangan emosi. Metode yang menunjang perkembangan emosi (Sunarto, 1995:158)
antara lain adalah:
A.
Belajar
dengan coba-coba
Anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar
seperti ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibanding
dengansesudahnya tetapi sepanjang
perkembanganya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
B.
Belajar
dengan cara meniru
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
Contoh anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru. Jika ia
seorang anak yang populer di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut
marah kepada guru tersebut.
C.
Belajar
dengan cara mempersamakan diri
Anak
menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama
dengan rangsangan yang telah membangitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak
hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat
denganya.
D.
Pelatihan
atau belajar dibawah bimbingan atau pengawasan terbatas pada aspek reaksi.
Dengan
pelatihan anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak
memperhalus ekspresi kemarahanya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa
kanak-kanak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke
emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan
merupakan bukti petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta
pengendalian terhadap perilaku emosional.
PERBEDAAN
INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN EMOSI
Dalam
perkembanganya menurut Sunarto (1995:163) terdapat perbedaan dalam segi
frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macam emosi dan juga
permunculannya. Perbedaan ini mulai terlihat sebelum masa bayi berakir dan
semakin bertambah frekuensi serta lebih mencolok sehubungan dengan bertambahnya
usia anak-anak.
Dengan meningkatnya usia anak, semua
emosi diekspresikan secara lebih karena mereka telah mempelajari reaksi orang
lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa
kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainya. Perbedaan itu sebagian
disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan kemampuan intelektualnya,
dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak cenderung kurang
emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
Ditinjau
dari kedudukan sebagai anggota keluarga, rasa cemburu dan ledakan marah juga
lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak
yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama. Cara mendidik yang otoriter
mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang
permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang.
Upaya pengembangan emosi remaja dan implikasinya
dalam penyelenggaraan pendidikan
Dalam
kaitanya dengan emosi remaja yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, menurut
Sunarto (1995:165) satu-satunya hal yang dapat dilakukan guru adalah konsisten
dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti pada umumnya. Guru
dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak
yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani.
Apabila ada ledakan kemarahan
sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut misalnya dengan jalan
tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan dan
memulai aktivitas baru, jika kemarahan siswa tidak reda, guru dapat minta
bantuan kepada petgs pembimbingan penyuluhan. Kita hendaknya waspada terhadap
siswa yang sangat ambisius, berpendirian keras dan kaku yang suka
mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seorang yang berani tidak sependapat
untuk menentangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar