Karakteristik Perkembangan Emosi - GUDANG LITERASI

Breaking

Kamis, 10 November 2016

Karakteristik Perkembangan Emosi

Related image


Karakteristik Perkembangan Emosi
Menurut Sunarto (1995:150) secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emsi terutama karena anak-anak berada dibawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosial dalam kehidupan adalah penting Sunarto (jersild,1957:133).untuk selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa kondisi emosional (Sunarto,1995:151) sebagai berikut:
A.    Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adlah kapasitas untuk mencintai orang lain dan kebutuhan untuk mendapatkan cinta dari orang lain.. kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Kerena alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka pada waktu pertama kali mengolok-olok mereka karena mencukur kumisnya adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana
B.    Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosi remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsungdengan baik dan remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan diterima oleh yang dicintainya.
C.    Kemarahan dan permusuhan
Sejak masa kanak-kanak rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara-antara emosi yang memainkan peranan yang menonjoldalam perkembangan kepribadian. Melalui rasa marah seseorang mempertajam tuntutanya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
D.    Ketakutan dan kecemasan
Menejelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan muncul karena kecemasan dan rasa berani yang besamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Kematangan emosi
Kematangan emosi pada remaja menurut Hartinah (2008: 80) diawali dengan pengendalian emosi, dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja yang ditandai dengan ciri
A.    Remaja mulai mampu menahan diri untuk tidak melampiaskan emosinya di depan umum, remaja mulai berusaha mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan, sampai dia menemukan cara yang tepat dan aman untuk melampiaskan  kemarahanya tersebut.
B.    Remaja mulai mampu menganalisis situasi dengan kritis, dapat memberikan penilaian terhadap peristiwa atau perlakuan negatif yang diterimanya dengan mempertimbangkan apakah hal itu benar/tidak, remaja akan melakukan intropeksi dan koreksi pada diri sendiri dengan mengakui kesalahanya atau bertindak marah.
C.    Remaja juga mampu menunjukan suasana hati yang lebih stabil dan mulai tenang. Pada masa remaja akhir anak sudah tidak mudah dipengaruhi teman atau meniru perilaku orang-orang disekitarnya, semuanya sudah mulai dipikirkan akibatnya.
Bahwa dalam kenyataannya adanya berbagai sebab maka tidak semua orang dapat mencapai kematangan emosional tersebut secara sempurna, juga perlu dipahami bahwa kematangan dan kondisi emosi manusia bukan merupakan kondisi yang bersifat menetap. Tetapi merupakan proses panjang dan melalui irama yang seringkali naik turun dari waktu ke waktu.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sunarto (1995:156)  menurutnya bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.  Kematangan dan belajar erat kaitanya dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama dan menimbulkan emosi yang terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode yang menunjang perkembangan emosi (Sunarto, 1995:158) antara lain adalah:
A.    Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar seperti ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibanding dengansesudahnya tetapi  sepanjang perkembanganya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
B.    Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang populer di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut marah kepada guru tersebut.
C.    Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat denganya.
D.    Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan atau pengawasan terbatas pada aspek reaksi.
Dengan pelatihan anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi kemarahanya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.

PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN EMOSI
Dalam perkembanganya menurut Sunarto (1995:163) terdapat perbedaan dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macam emosi dan juga permunculannya. Perbedaan ini mulai terlihat sebelum masa bayi berakir dan semakin bertambah frekuensi serta lebih mencolok sehubungan dengan bertambahnya usia anak-anak.
            Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainya. Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
Ditinjau dari kedudukan sebagai anggota keluarga, rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama. Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang.
Upaya pengembangan emosi remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Dalam kaitanya dengan emosi remaja yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, menurut Sunarto (1995:165) satu-satunya hal yang dapat dilakukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti pada umumnya. Guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan/tugas-tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani.

            Apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru, jika kemarahan siswa tidak reda, guru dapat minta bantuan kepada petgs pembimbingan penyuluhan. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius, berpendirian keras dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seorang yang berani tidak sependapat untuk menentangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar