Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia - GUDANG LITERASI

Breaking

Senin, 23 April 2018

Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia

Image result for satu bahasa



Pengertian Kesalahan Berbahasa
Sebelum membahas tentang analisis kesalahan berbahasa , terlebih dahulu harus mengetahui arti kesalahan tersendiri. Menurut KBBI (1993: 771), kesalahan yaitu kekeliruan; kealpaan. Hastuti (2003: 79) memberikan kejelasan bahwa yang disebut kesalahan dideskripsikan sebagai ‘bukan kesalahan’. Pendeskripsian itu sebagai berikut:

Penyebutan ‘kesalahan’ lebih dideskripsikan sebagai sebuah ‘gelincir’ 
yaitu suatu tindakan yang kurang disertai sikap berhati-hati. Ini disebabkan oleh sifat terburu-buru ingin sampai pada tujuan. Kesalahan seperti itu dimungkinkan disebabkan oleh sejumlah faktor ekstra linguistik, semacam kegagalan ingatan, emosi yang meningkat, kelelahan mental atau fisik, atau kegemaran mabuk. Karakteristik gelincir seperti ditandai bahwa pemakai bahasa pada saat itu menyadari kegelinciran dan ia dapat juga mengoreksi diri tanpa bantuan eksternal.

  Dalam bahasa Indonesia ditemui beberapa kata (diksi)

 Yang artinya bernuansa dengan segala kesalahan. Di samping kesalahan ada penyimpangan; ada pula pelanggaran dan kekhilafan. Keempat kata yang bernuansa artinya, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.               Untuk memberi kejelasan arti, kata ‘salah’ dilawankan dengan
‘betul’; maksudnya apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak
betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan, ia belum tahu atau ia tidak tahu bahwa ada norma; kemungkinan yang lain ia khilaf. Kalau kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, ia tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.
2.                ‘Penyimpangan’ dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Ia menyimpang karena tidak mau, enggan, malas, mengikuti norma yang ada. Ia tahu benar bahwa ada norma, tetapi dengan acuh tak acuh ia mencari norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya. Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat yang tak dapat dihindari
karena satu dan lain hal. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, mungkin jargon dan prokem.
3.                ‘Pelanggaran’ memberi kesan negatif karena pemakai bahasa
dengan penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun ia yakin bahwa apa yang dilakukan akan berakibat tidak baik.
4.           Sikap tidak disiplin terhadap media yang digunakan acap kali tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat. Akibat selanjutnya hambatan interaksi persona tidak lancar. Ia terkucil dan mungkin juga akan berada di atas menara gading. Akan tetapi, masalah kedwibahasaan yang terlibat dalam kasus itu, menjadi berbeda masalahnya. Oleh karena itu, peristiwa kedwibahasaan adalah peristiwa yang wajar terjadi pada setiap pemakai bahasa. ‘Kekhilafan’ adalah proses psikologi yang dalam hal ini menandaiseseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Tidak salah semata, tidak tepat benar. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat. Beberapa contoh penggunaan bahasa dalam ruang lingkup kesalahan.
1)      Untuk memberantas hama tikus menggunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan (salah).
2)     Untuk memberantas hama tikus digunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan (betul).
3)      Banyak anak-anak membaca buku komik (menyimpang – salah).
4)     Banyak anak membaca buku komik (tepat).
5)     Ia mau berdatangan dalam pertemuan itu (melanggar – salah).
6)     Ia mau datang dalam pertemuan itu (benar).
7)     Di mana ada uang ingin aku memperbaiki rumahku (khilaf – salah).
8)     Jika ada uang ingin aku memperbaiki rumahku (mengena).
Begitu juga dengan Nurgiyantoro (via Musrifah, 1999: 15) yang memberikan pengertian mengenai kesalahan dan kekeliruan sebagai berikut.
Kesalahan (error)
Merupakan penyimpangan yang disebabkan kompetensi belajar, sehingga kesalahan-kesalahan itu biasanya bersifat sistematis dan konsisten pada tempat tempat tertentu. Kekeliruan (mistake) merupakan penyimpangan-penyimpangan pemakaian kebahasaan yang sifatnya hanya insidental, tidak sistematis, tida terjadi pada daerah-daerah tertentu.
Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan Corder (via Tarigan,
1987: 169) yang membedakan kesalahan menjadi dua yaitu lapses dan error. Lapses yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang
merupakan akibat dari pembatasan-pembatasan pemrosesan ketimbang kurangnya
kompetensi. Error yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam
kalimat yang merupakan akibat kurangnya kompetensi.
Menurut Samsuri (via Musrifah, 1999: 15), kekeliruan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang disebabkan oleh ketidaktahuan si pemakai adalah termasuk kesalahan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah penyimpangan, pelanggaran, dan kekeliruan (kekhilafan) terhadap suatu kaidah, norma atau aturan yang telah ditentukan.
Berdasarkan beberapa batasan di atas, yaitu batasan yang dikemukakan
Hastuti (2003: 80), dan batasan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro serta
Corder, istilah kesalahan adalah yang paling cocok dipakai dalam menganalisis
kesalahan berbahasa. Kata menyimpang, melanggar, dan khilaf/ keliru merupakan
istilah lain dalam kesalahan berbahasa. Apabila pemakai bahasa melakukan penyimpangan, pelanggaran, dan pengkhilafan dalam berbahasa sudah pasti termasuk kesalahan berbahasa. Karakteristik yang penting pada kesalahankesalahan dan semacamnya itu ialah bahwa pemakai bahasa ketika itu juga menjadi sadar akan kesalahan yang dibuatnya dan dapat mengoreksi dirinya
sendiri tanpa bantuan eksternal (Hastuti, 2003: 80).
Kesalahan bisa saja terjadi pada semua tataran linguistik baik fonologi,
morfologi, sintaksis, maupun semantik. Hastuti (2003: 84) menyebutkan bahwa
ada empat jenis kesalahan yaitu: (1) kesalahan leksikon, (2) kesalahan sintaksis,
(3) kesalahan morfologi, dan (4) kesalahan ortografi. Berbagai kesalahan
kebahasaan ini menjadi perhatian khusus bagi para pengkaji bahasa sehingga
menimbulkan maraknya kajian di bidang kebahasaan. Kesalahan berbahasa
mempunyai dua ukuran yaitu:
1.                Berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Faktor-faktor
penentu dalam komunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana),dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa (tatap muka,telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya), dalam peristiwa
apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya), dan;
2.               Berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang dikenal dengan
istilah tatabahasa  (Setyawati, 2010: 14-15). Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomukasi atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia bukanlah berbahasa Indonesia dengan benar. Jadi, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tetulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
Penyebab Kesalahan Berbahasa
Penyebab utama kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati (2010: 15) ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut.
Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya.
Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya.
Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep.
Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna.
Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.

Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan (1997: 48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
2.4.1       Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis
(frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
2.4.2       Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
2.4.3    Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara tertulis.
2.4.4       Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut terjadi dapat diklasifikasikan
menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi.
2.4.5       Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
 Sumber Kesalahan Berbahasa

Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa. Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.” Dari parameter penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk analisis kesalahan bahasa dalam sajian ini.  penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran (wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi.

Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar secara formal, maupun secara tidak formal. Pengalaman guru di lapangan menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2, tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Siswa yang mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sering membuat
kesalahan baik secara lisan maupun tulis. Siswa SD yang mempelajari bahasa ibu
bahasa Batak, bahasa Bali, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa daerah lainnya
sering membuat kesalahan bahasa dalam proses belajar-mengajar bahasa Batak,
bahasa Bali, bahasa Sunda, bahasa Jawa, atau bahasa daerah lainnya.
Kesalahan berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu
proses belajar-mengajar mengimplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum
tercapai secara maksimal. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa itu,
semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa
yang dilakukan oleh siswa harus dikurangi sampai batas minimal bahkan
diusahakan dihilangkan sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar
bahasa telah mengkaji secara mendalam segala aspek kesalahan berbahasa itu.
Dalam KBBI (1993: 32), analisis adalah (1) penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarbenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya); (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut Pateda (via Musrifah, 1999: 16), analisis kesalahan
adalah suatu teknik untuk megidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan
menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si
terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua.
Menurut Setyawati(2010: 18), analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan tersebut, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa yaitu penyelidikan terhadap
suatu hal (karangan, peristiwa, dan sebagainya) sebagai teknik untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara urut dan
sistematis kesalahan kaidah yang telah ditentukan dalam tataran ilmu kebahasaan (linguistik).
Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.
2.7       Analisis Kesalahan Berbahasa dalam percakapan 
            Pada makalah ini Penulis menganalisis kesalahan berbahasa  pada percakapan antara 4 orang yang sedang menonton pertandingan sepak  bola.
Berikut percakapan beserta analisisnya :
Lia      : Dimana ni?
Winda : Liatlah, Senayan tu ha.
Iin       : Bongak! Hampir gol ke gawang kita!
Hesty  : Bustomi ada gak Kak?
Winda : Tau bola ya?
Hesty  : Lumayanlah,tapi yang Indonesia aja.
Iin       : Eh, ada iklan mesin cuci Firman sama bininya tu?
Lia      : Gak tau jugak In.
Winda : Ah! Gol pulak  dia.  Li! Gantilah channelnya,males ku liat bola ni!
Lia      : Haha.. Ada ada aja ko Win

 Hasil Analisis Setelah melakukan analisis terhadap percakapan sebelumnya, Penulis menemukan beberapa kesalahan berbahasa  yang sering kita lakukan dalam percakapan, seperti penggunaan kata-kata yang tidak baku,kalimat yang tidak efekif dan tidak lengkap serta penggunaan kata-kata asing (campuran).
            Dalam hal ini Penulis telah mengubah beberapa kata dari percakapan tersebut menjadi lebih baku dan mudah untuk dimengerti.
Berikut kalimat percakapan sesudah dianalisis:

Lia                   : Dimana pertandingan ini berlangsung?
Winda : Lihatlah, ada bacaan Senayannya, berarti di Indonesia.
Iin                    : Ah! Sedikit lagi gol ke gawang Indonesia.
Hesty  : Bustomi ikut main Kak?
Winda : Kamu mengerti tentang sepak bola ya?
Hesty  : Lumayan, tapi hanya seputar sepak bola Indonesia saja.
Iin                    : Wanita yang bersama Firman dalam iklan mesin cuci itu istrinya ?
Lia                   : Aku juga tidak tahu In.
Winda : Ah! Gol pula ke gawang Indonesia. Lia, gantilah saluran televisinya.        Aku malas lihat pertandingan  ini.
Lia                   : Haha.. Ada-ada saja kamu Win.
           
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa percakapan yang mengguanakan kalimat yang efektif dan kata-kata yang baku lebih mudah untuk dipahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar