Pengertian Kesalahan Berbahasa
Sebelum
membahas tentang analisis kesalahan berbahasa , terlebih dahulu harus mengetahui
arti kesalahan tersendiri. Menurut KBBI (1993: 771), kesalahan yaitu kekeliruan;
kealpaan. Hastuti (2003: 79) memberikan kejelasan bahwa yang disebut kesalahan
dideskripsikan sebagai ‘bukan kesalahan’. Pendeskripsian itu sebagai berikut:
Penyebutan ‘kesalahan’ lebih
dideskripsikan sebagai sebuah ‘gelincir’
yaitu suatu tindakan
yang kurang disertai sikap berhati-hati. Ini disebabkan oleh sifat terburu-buru
ingin sampai pada tujuan. Kesalahan seperti itu dimungkinkan disebabkan oleh
sejumlah faktor ekstra linguistik, semacam kegagalan ingatan, emosi yang
meningkat, kelelahan mental atau fisik, atau kegemaran mabuk. Karakteristik gelincir
seperti ditandai bahwa pemakai bahasa pada saat itu menyadari kegelinciran dan
ia dapat juga mengoreksi diri tanpa bantuan eksternal.
Dalam bahasa Indonesia ditemui
beberapa kata (diksi)
Yang artinya bernuansa
dengan segala kesalahan. Di samping kesalahan ada
penyimpangan; ada pula pelanggaran dan kekhilafan. Keempat kata yang bernuansa
artinya, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Untuk memberi kejelasan arti, kata
‘salah’ dilawankan dengan
‘betul’; maksudnya apa yang dilakukan (kalau ia
salah) tidak
betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan
yang ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan, ia belum tahu atau ia tidak tahu bahwa
ada norma; kemungkinan yang lain ia khilaf. Kalau kesalahan ini dihubungkan
dengan penggunaan kata, ia tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.
2.
‘Penyimpangan’ dapat diartikan menyimpang dari
norma yang telah ditetapkan. Ia menyimpang karena tidak mau, enggan, malas,
mengikuti norma yang ada. Ia tahu benar bahwa ada norma, tetapi dengan acuh tak
acuh ia mencari norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya.
Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat yang tak
dapat dihindari
karena satu dan lain
hal. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang,
mungkin jargon dan prokem.
3.
‘Pelanggaran’ memberi kesan negatif karena
pemakai bahasa
dengan
penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun ia
yakin bahwa apa yang dilakukan akan berakibat tidak baik.
4.
Sikap tidak disiplin terhadap media yang
digunakan acap kali tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat. Akibat
selanjutnya hambatan interaksi persona tidak lancar. Ia terkucil dan mungkin
juga akan berada di atas menara gading. Akan tetapi, masalah
kedwibahasaan yang terlibat dalam kasus itu, menjadi berbeda masalahnya. Oleh
karena itu, peristiwa kedwibahasaan adalah peristiwa yang wajar terjadi pada
setiap pemakai bahasa. ‘Kekhilafan’ adalah
proses psikologi yang dalam hal ini menandaiseseorang khilaf menerapkan teori
atau norma bahasa yang ada pada dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru
pakai. Tidak salah semata, tidak tepat benar. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan.
Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat. Beberapa contoh
penggunaan bahasa dalam ruang lingkup kesalahan.
1)
Untuk
memberantas hama tikus menggunakan alat tangkap atau bubuk mati
hewan (salah).
2)
Untuk memberantas
hama tikus digunakan alat tangkap atau bubuk mati hewan (betul).
3)
Banyak
anak-anak membaca buku komik (menyimpang – salah).
4)
Banyak anak membaca
buku komik (tepat).
5)
Ia mau berdatangan dalam
pertemuan itu (melanggar – salah).
6)
Ia mau datang dalam pertemuan itu
(benar).
7)
Di mana ada
uang ingin aku memperbaiki rumahku (khilaf – salah).
8)
Jika ada
uang ingin aku memperbaiki rumahku (mengena).
Begitu
juga dengan Nurgiyantoro (via Musrifah, 1999: 15) yang memberikan pengertian
mengenai kesalahan dan kekeliruan sebagai berikut.
Kesalahan (error)
Merupakan
penyimpangan yang disebabkan kompetensi belajar, sehingga kesalahan-kesalahan
itu biasanya bersifat sistematis dan konsisten pada tempat tempat tertentu.
Kekeliruan (mistake) merupakan penyimpangan-penyimpangan pemakaian
kebahasaan yang sifatnya hanya insidental, tidak sistematis, tida terjadi pada
daerah-daerah tertentu.
Pendapat
tersebut senada dengan yang dikemukakan Corder (via Tarigan,
1987: 169) yang
membedakan kesalahan menjadi dua yaitu lapses dan error. Lapses
yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang
merupakan akibat dari
pembatasan-pembatasan pemrosesan ketimbang kurangnya
kompetensi. Error yaitu
kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam
kalimat yang merupakan
akibat kurangnya kompetensi.
Menurut
Samsuri (via Musrifah, 1999: 15), kekeliruan dalam pemakaian bahasa Indonesia
yang disebabkan oleh ketidaktahuan si pemakai adalah termasuk kesalahan. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah
penyimpangan, pelanggaran, dan kekeliruan (kekhilafan) terhadap suatu kaidah,
norma atau aturan yang telah ditentukan.
Berdasarkan
beberapa batasan di atas, yaitu batasan yang dikemukakan
Hastuti (2003: 80), dan
batasan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro serta
Corder, istilah
kesalahan adalah yang paling cocok dipakai dalam menganalisis
kesalahan berbahasa.
Kata menyimpang, melanggar, dan khilaf/ keliru merupakan
istilah lain dalam
kesalahan berbahasa. Apabila pemakai bahasa melakukan penyimpangan,
pelanggaran, dan pengkhilafan dalam berbahasa sudah pasti termasuk kesalahan
berbahasa. Karakteristik yang penting pada kesalahankesalahan dan semacamnya
itu ialah bahwa pemakai bahasa ketika itu juga menjadi sadar akan kesalahan
yang dibuatnya dan dapat mengoreksi dirinya
sendiri tanpa bantuan
eksternal (Hastuti, 2003: 80).
Kesalahan
bisa saja terjadi pada semua tataran linguistik baik fonologi,
morfologi, sintaksis,
maupun semantik. Hastuti (2003: 84) menyebutkan bahwa
ada empat jenis
kesalahan yaitu: (1) kesalahan leksikon, (2) kesalahan sintaksis,
(3) kesalahan
morfologi, dan (4) kesalahan ortografi. Berbagai kesalahan
kebahasaan ini menjadi
perhatian khusus bagi para pengkaji bahasa sehingga
menimbulkan maraknya
kajian di bidang kebahasaan. Kesalahan berbahasa
mempunyai dua ukuran
yaitu:
1.
Berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam
komunikasi. Faktor-faktor
penentu dalam
komunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa,
dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain,
kebudayaan, dan suasana),dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media
apa (tatap muka,telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya), dalam
peristiwa
apa (bercakap-cakap,
ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya),
dan;
2.
Berkaitan dengan aturan atau kaidah
kebahasaan yang dikenal dengan
istilah tatabahasa (Setyawati, 2010: 14-15). Penggunaan bahasa
yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomukasi atau penggunaan
bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa
Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau
aturan tata bahasa Indonesia bukanlah berbahasa Indonesia dengan benar. Jadi,
kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tetulis
yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari
norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
Penyebab Kesalahan Berbahasa
Penyebab
utama kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Menurut Setyawati (2010: 15)
ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain sebagai
berikut.
Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu
dikuasainya.
Ini
dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu
atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar
(siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem
linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap
bahasa yang dipakainya.
Kesalahan
yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata
lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan
generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan
mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini
sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error).
Kesalahan ini disebabkan oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan
pembatasan kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah
menghipotesiskan konsep.
Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau
kurang sempurna.
Hal
ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan
pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan,
pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik
penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan
pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran.
Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Menurut
Tarigan (1997: 48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
2.4.1 Berdasarkan
tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan
menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi,
morfologi, sintaksis
(frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana.
2.4.2 Berdasarkan
kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam
menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
2.4.3 Berdasarkan
sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud
kesalahan berbahasa secara lisan dan secara
tertulis.
2.4.4
Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut
terjadi dapat diklasifikasikan
menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan
kesalahan berbahasa karena interferensi.
2.4.5 Kesalahan
berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas
kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang
terjadi.
Sumber Kesalahan Berbahasa
Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat
dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa. Dalam konteks ini sumber
kesalahan itu adalah “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.” Dari
parameter penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian dihubungkan
dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk
analisis kesalahan bahasa dalam sajian ini.
penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran
(wilayah) fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan
dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi.
Pengertian
Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan
berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik belajar
secara formal, maupun secara tidak formal. Pengalaman guru di lapangan
menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang
mempelajari B2, tetapi juga oleh siswa yang mempelajari B1. Siswa yang
mempelajari bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sering membuat
kesalahan baik secara
lisan maupun tulis. Siswa SD yang mempelajari bahasa ibu
bahasa Batak, bahasa
Bali, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa daerah lainnya
sering membuat
kesalahan bahasa dalam proses belajar-mengajar bahasa Batak,
bahasa Bali, bahasa
Sunda, bahasa Jawa, atau bahasa daerah lainnya.
Kesalahan
berbahasa yang terjadi atau dilakukan oleh siswa dalam suatu
proses belajar-mengajar
mengimplikasikan tujuan pengajaran bahasa belum
tercapai secara
maksimal. Semakin tinggi kuantitas kesalahan berbahasa itu,
semakin sedikit tujuan
pengajaran bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa
yang dilakukan oleh
siswa harus dikurangi sampai batas minimal bahkan
diusahakan dihilangkan
sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar
bahasa telah mengkaji
secara mendalam segala aspek kesalahan berbahasa itu.
Dalam
KBBI (1993: 32), analisis adalah (1) penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan,
dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarbenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya); (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut
Pateda (via Musrifah, 1999: 16), analisis kesalahan
adalah suatu teknik
untuk megidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan
menginterpretasikan
secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si
terdidik yang sedang
belajar bahasa asing atau bahasa kedua.
Menurut
Setyawati(2010: 18), analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur kerja yang
biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa yang meliputi: kegiatan
mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam
sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi kesalahan tersebut, dan
mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu.
Berdasarkan
beberapa pendapat yang dikemukakan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa
analisis kesalahan berbahasa yaitu penyelidikan terhadap
suatu hal (karangan,
peristiwa, dan sebagainya) sebagai teknik untuk
mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara urut dan
sistematis kesalahan
kaidah yang telah ditentukan dalam tataran ilmu kebahasaan (linguistik).
Dalam linguistik,
analisa atau analisis adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna
meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan
laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan
yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam
cuplikan.
2.7 Analisis
Kesalahan Berbahasa
dalam percakapan
Pada
makalah ini Penulis menganalisis kesalahan berbahasa pada percakapan antara 4 orang yang sedang
menonton pertandingan sepak bola.
Berikut percakapan beserta analisisnya :
Lia : Dimana ni?
Winda : Liatlah, Senayan tu ha.
Iin : Bongak! Hampir gol ke
gawang kita!
Hesty : Bustomi ada gak Kak?
Winda : Tau bola ya?
Hesty : Lumayanlah,tapi yang
Indonesia aja.
Iin : Eh, ada iklan mesin
cuci Firman sama bininya tu?
Lia : Gak tau jugak In.
Winda : Ah! Gol pulak dia.
Li! Gantilah channelnya,males ku liat bola ni!
Lia : Haha.. Ada ada aja ko
Win
Hasil Analisis Setelah
melakukan analisis terhadap percakapan sebelumnya, Penulis menemukan beberapa
kesalahan berbahasa yang sering kita
lakukan dalam percakapan, seperti penggunaan kata-kata yang tidak baku,kalimat
yang tidak efekif dan tidak lengkap serta penggunaan kata-kata asing
(campuran).
Dalam hal ini Penulis
telah mengubah beberapa kata dari percakapan tersebut menjadi lebih baku dan
mudah untuk dimengerti.
Berikut kalimat percakapan sesudah dianalisis:
Lia : Dimana
pertandingan ini berlangsung?
Winda : Lihatlah, ada bacaan
Senayannya, berarti di Indonesia.
Iin : Ah!
Sedikit lagi gol ke gawang Indonesia.
Hesty : Bustomi ikut main Kak?
Winda : Kamu mengerti tentang sepak
bola ya?
Hesty : Lumayan, tapi hanya
seputar sepak bola Indonesia saja.
Iin : Wanita
yang bersama Firman dalam iklan mesin cuci itu istrinya ?
Lia : Aku juga
tidak tahu In.
Winda : Ah! Gol pula ke gawang
Indonesia. Lia, gantilah saluran televisinya. Aku malas lihat pertandingan ini.
Lia : Haha..
Ada-ada saja kamu Win.
Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa
percakapan yang mengguanakan kalimat yang efektif dan kata-kata yang baku lebih
mudah untuk dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar